
NAMA Benny dan Utha Likumahuwa bergaung di The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025. Kolaborasi musisi lintas generasi seperti Barry Likumahuwa, Tri Utami dan Nita Aartsen mengenang dan memberi penghormatan kepada keduanya lewat Tribute to Benny & Uthe Likumahuwa.
Tribute ini bukan sekadar penampilan musik, tetapi juga bentuk penghormatan kepada dua sosok legendaris yang telah memberikan kontribusi besar bagi perjalanan musik jazz Indonesia, Benny Likumahuwa dan Utha Likumahuwa.
Barry, sebagai penerus warisan musikal ayahnya, membawakan karya-karya penuh kenangan yang dirangkai dengan aransemen segar, dibalut harmoni khas jazz yang penuh energi.
Konser dibuka dengan “Ode to Benny Liku”, sebuah dedikasi emosional untuk sang maestro, yang kemudian dilanjutkan dengan “Sign of Love” dan “Puncak Asmara” yang membawa penonton kembali pada era keemasan musik jazz Indonesia.
Suasana semakin intim ketika alunan “Alamku” dan “Esok ’Kan Masih Ada” bergema, menghadirkan nuansa balada yang sarat emosi dan nostalgia.
Energi penuh warna hadir melalui “Sunshine Brotherhood” yang menampilkan eksplorasi jazz progresif, disusul dengan kolaborasi apik Trie Utami dan Nita Aartsen dalam “Mungkinkah Terjadi”.
Trie menghipnotis penonton lewat interpretasi personal pada “Sesaat Kau Hadir”, sebelum seluruh musisi bersatu dalam “Rame Rame” sebagai penutup, yang menciptakan atmosfer hangat penuh kebersamaan yang mengajak penonton bernyanyi bersama.
Malam pertama gelarn TPJF 2025 itu, penonton diajak bernostalgia melalui karya-karya abadi yang pernah dipopulerkan oleh Benny dan Utha, sekaligus merasakan semangat baru dari generasi penerus.
Sorak dan tepuk tangan meriah mengiringi setiap akhir lagu, menegaskan bahwa warisan musik Likumahuwa akan terus hidup dan menggema lintas generasi.
Penampilan Tribute to Benny & Utha Likumahuwa menjadi salah satu highlight di hari pertama TPJF 2025. Sebuah persembahan yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menegaskan arti sesungguhnya dari tema TPJF tahun ini, “A Culture Resonance.”