KASUS keracunan di sekolah akibat makan bergizi gratis (MBG) masih terjadi. Per akhir September 2025, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia mencatat telah ada sekitar 6.452 kasus keracunan menu program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Penyelenggara program MBG, Badan Gizi Nasional (BGN), mencatat total korban lebih rendah. Menurut data yang dihimpun BGN bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), jumlah kasus keracunan MBG sepanjang tahun ini sekitar 5 ribu orang.
BGN ogah menghentikan sementara program MBG di tengah banyaknya kasus keracunan. Kepala BGN Dadan Hindayana menyatakan akan melakukan perbaikan sembari tetap mengejar target penerima manfaat MBG.
Menurut Dadan, pemerintah dilema antara melengkapi sumber daya manusia agar program berjalan dengan lancar, atau mengejar target jumlah penerima manfaat. Namun, kata dia, bagaimana pun target program ini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari.
Ia lantas memilih mendahulukan pilihan kedua yakni mengejar target jumlah penerima manfaat. "Utamanya adalah bagaimana target bisa dipenuhi," kata Dadan di kantornya, Jakarta, Senin, 22 September 2025.
BGN pun mengambil sejumlah langkah untuk menghadapi kasus-kasus keracunan tersebut. Apa saja kebijakan baru yang mereka ambil?
Membentuk Tim Investigasi
BGN akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab keracunan dalam sajian program makan bergizi gratis atau MBG. Tim investigasi ini nantinya akan terdiri dari ahli gizi, ahli kimia, farmasi, serta melibatkan BPOM.
Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang mengatakan tim ini akan terdiri dari lima sampai enam orang. Namun, menurut dia, lembaganya masih menggodok sejumlah nama sehingga belum bisa membocorkan siapa saja orang yang akan direkrut. "Tapi itu nanti itu kita memang akan meng-hire ahli-ahli ya," tutur Nanik melalui sambungan telepon pada Senin, 22 September 2025.
Di saat yang bersamaan, BGN juga akan membentuk tim khusus untuk mensurvei kondisi dapur di seluruh daerah. Tim ini bertugas memastikan seluruh proses penyajian makanan, meliputi proses memasak, pengemasan, dan pendistribusian, dilakukan sesuai dengan prosedur. "Biar tidak terulang lagi nanti kasus-kasusnya," ucap Nanik.
Perintahkan Petugas Tidur di Dapur
Nanik meminta agar seluruh petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bekerja dengan serius agar kualitas makanan untuk program makan bergizi gratis yang dihasilkan dapat terjaga. Dia bahkan meminta agar petugas tidur di dapur.
“Kami akan memperbaiki seluruh SDM SPPG, kami akan kembalikan jam kerja mereka untuk begadang dan harus tidur di tempat, harus menunggu dapur,” kata Nanik dalam konferensi pers dikutip dari live Instagram Badan Gizi Nasional pada Jumat, 26 September 2025.
Dia mengeluhkan kinerja petugas SPPG saat ini sudah tidak lagi seperti awal program makan bergizi gratis (MBG) berjalan. “Saya harus akui, tiga bulan, empat bulan pertama, hampir tidak ada masalah. Karena anak-anak SPPG dulu itu adalah menjaga dapur,” ujarnya.
Mengincar Chef Bersertifikat
BGN menargetkan seluruh dapur program MBG dipimpin oleh dua chef bersertifikat. Nanik mengatakan kebijakan ini diterapkan untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan yang dikonsumsi murid.
“Setiap dapur membutuhkan dua chef. Kalau ada 30 ribu dapur, berarti total ada 60 ribu chef yang dibutuhkan. Ini peluang kerja besar,” ujar Nanik dalam sesi tanya jawab dengan wartawan dikutip dari Youtube resmi BGN, Jumat, 26 September 2025.
Menurut Nanik, tenaga chef tidak harus berasal dari wilayah setempat. Ia mencontohkan ada dapur MBG di sebuah desa di Madiun yang mendatangkan chef dari luar daerah. “Ternyata dia mantan chef hotel bintang lima. Ada juga yang mantan chef rumah makan. Jadi tidak harus orang lokal,” katanya.