Liputan6.com, Jakarta Saat mendengar kata obesitas, banyak orang langsung membayangkan tubuh dengan berat lebih dari 100 kilogram atau penampilan yang terlihat sangat gemuk. Padahal, definisi medis obesitas tidak sesederhana itu.
Bagi orang Asia, termasuk masyarakat Indonesia, memiliki standar obesitas berbeda dari populasi internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai badan kesehatan merekomendasikan ambang batas IMT yang lebih rendah untuk populasi Asia.
"Bayangan obesitas itu yang sangat besar begitu ya, tapi sebetulnya obesitas orang Asia enggak seperti itu," kata dokter spesialis gizi klinik Maya Surdjaja dari Perhimpunan Dokter Antipenuaan, Wellness, Estetik dan Regeneratif Indonesia (PERDAWARI).
Lebih lanjut, Maya mengatakan obesitas orang Asia berbeda dengan populasi global. Pada orang Asia, obesitas adalah bila memiliki Indeks Massa tubuh (IMT atau body mass index/BMI) di atas 25.
Angka ini berbeda dibandingkan populasi internasional (selain orang Asia) obesitas yakni IMT di atas 30.
Obesitas Sentral, Bicara Lemak di Area Lingkar Peruta
Selain IMT, lingkar perut juga menjadi indikator penting untuk obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di area perut.
Untuk orang Asia, rekomendasi ambang batas lingkar pinggang adalah ≥ 90 cm untuk pria dan ≥ 80 cm untuk wanita.
Penggunaan ambang batas yang spesifik ini memungkinkan deteksi dini risiko kesehatan yang terkait dengan obesitas pada orang Asia. Ini termasuk peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan hipertensi, yang dapat muncul pada IMT yang masih dianggap normal bagi kelompok etnis lain.
Oleh karena itu, kesadaran akan perbedaan definisi ini sangat vital bagi praktisi kesehatan dan masyarakat umum.
Dampak Obesitas
Ketika seseorang sudah mengalami obesitas maka dapat menyebabkan komplikasi seperti hiperglikemia,diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular seperti disampaikan Clinical, Medical , and Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia, dokter Riyanny Meisha Tarliman.
Bukan cuma itu, obesitas juga meningkatkan risiko kematian pada penderitanya. Riyanni merujuk pada penelitian yang dilakukan Ritchie pada 2017 yang menyebut bahwa obesitas bertanggung jawab terhadap 4,7 kematian dini.
"Untuk itu tindakan nyata diperlukan untuk mencegah beban pada sistem kesehatan dan biaya ekonomi akibat obesitas," kata Riyanny.
Terkait itu, Maya mengatakan upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjalankan gaya hidup sehat. Mulai dari makan makanan dengan gizi seimbang, minum cukup, tidur secara teratur dan berkualitas, berolahraga secara teratur mengikuti saran WHO yakni 150 menit dalam sepekan, hingga mengelola stres.
"Mengenai perubahan pola makan, bagaimana? Apakah langsung berubah atau sedikit demi sedikit? Tergantung, hal ini dikembalikan lagi pada setiap individu nyamannya seperti apa," tutur Maya.