Brasilia (ANTARA) - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada Selasa mengatakan bahwa Brasil tidak bersedia diperlakukan sebagai negara yang lebih rendah oleh negara lain, sebagai tanggapan tidak langsung terhadap Washington di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).
Dalam pidatonya pada pertemuan kedua kabinet menterinya tahun ini, Lula menolak campur tangan asing dan menekankan tidak ada seorang pun di Brasil yang berada di atas hukum.
Menekankan kedaulatan Brasil, Lula mengatakan, "Siapapun yang ingin memasuki wilayah seluas 8,5 juta kilometer persegi ini, ruang udara kami, ruang maritim kami, hutan kami, harus tunduk pada Konstitusi dan undang-undang kami."
Ia juga berkomentar tentang penerapan tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang Brasil dan ancaman terhadap upaya untuk mengatur perusahaan teknologi besar AS.
Pemerintah Brasil bersedia duduk di meja perundingan dengan AS "pada posisi yang setara, yang tidak kami terima adalah diperlakukan seolah-olah kami adalah bawahan," kata Lula.
Pada 30 Juli, pemerintahan Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif hingga 50 persen terhadap ekspor Brasil dan menjatuhkan sanksi terhadap Hakim Mahkamah Agung Brasil Alexandre de Moraes. Moraes saat ini mengawasi kasus terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, yang dituduh mencoba merebut kekuasaan setelah kekalahannya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2022.
Trump juga menyebut Brasil sebagai "mitra dagang yang mengerikan" sebelumnya bulan ini, mengatakan persidangan terhadap Bolsonaro adalah "eksekusi politik".
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.