PELAKSANA Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan atau PPP Muhammad Mardiono, meminta maaf di hadapan kader dalam Muktamar yang dihelat di Jakarta, pada Sabtu, 27 September 2025. Mardiono mulanya menyinggung performa PPP dalam pemilihan umum 2024 lalu.
Bagi dia, hasil pemilu itu merupakan pukulan yang berat untuk partai. Mardiono menyebut kegagalan PPP menembus ambang batas parlemen bukan hanya kerugian bagi partai. Tetapi juga bagi umat Islam yang menaruh harapan kepada partai.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Namun, Mardiono berujar, kegagalan itu tidak semata-mata terjadi karena faktor eksternal. Konflik di tubuh partai juga menjadi salah satu penyebab kegagalan mereka. “Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan kepada seluruh kader Partai Pesatuan Pembangunan di seluruh Indonesia, saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” ucap Mardiono dalam pidato sambutannya pada Muktamar X PPP, di Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu sore 27 September 2025.
Mardiono mengatakan konflik internal adalah musuh utama bagi partai berlambang Ka’bah itu. Ia mengingatkan bahwa tidak ada yang diuntungkan dari konflik. “Yang ada hanyalah kekalahan bersama,” ujar dia.
Ia lantas meminta kader untuk mengakhiri perpecahan. Dia mengajak peserta muktamar PPP untuk menghentikan warisan konflik dan mulai menyongsong masa depan partai yang tanpa diwarnai pertikaian. “Sebab tanpa persatuan mustahil PPP akan bangkit kembali,” kata dia.
PPP—salah satu partai tertua di Indonesia—kini menjadi partai nonparlemen setelah gagal melenggang ke Senayan pada pemilihan umum 2024. Partai ini hanya meraih 5.878.777 suara atau 3,87 persen dari total suara nasional pada pemilu 2024. Angka ini tidak memenuhi parliamentary threshold sebesar 4 persen. Hasil itu sekaligus memastikan PPP gagal lolos ke Senayan untuk pertama kalinya sejak partai ini berdiri pada 1973.