Ladies, selalu ada cerita di balik setiap kain dan jahitan. Pakaian yang kamu kenakan saat ini merupakan hasil kolaborasi dari peluh keringat petani kapas, semangat kreatif desainer, sampai jejak tangan penjahit. Itulah yang coba dihadirkan dan disampaikan oleh SukkhaCitta saat merayakan ulang tahunnya yang ke-9 melalui koleksi terbaru bertajuk PERTIWI: A Modern Heritage Edit.
Koleksi ini menyimpan pesan sustainable fashion dan menjadi sebuah perayaan perjalanan panjang SukkhaCitta dan penghormatan penuh kelembutan bagi Ibu Pertiwi. Creative Director Anastasia Setiobudi mengatakan pada koleksi Pertiwi ini, SukkhaCitta merilis item yang dasar siluetnya terinspirasi dari beskap, kebaya, dain kain Indonesia.
“Karena ketiga ini identitas utama kita dalam berpakaian. Dan ketiganya ini melambangkan sesuatu yang secara utuh. Kebaya sebagai feminin, beskap sebagai maskulin, dan kain sebagai yang netral—karena bisa dipakai keduanya,” tutur Anastasia dalam acara peluncuran koleksi SukkhaCitta “PERTIWI” di butik SukkhaCitta, Astha District 8 pada Rabu (27/8).
Dari penggabungan ketiganya, lahirlah salah satu karya istimewa koleksi ini: Kebaya Pertiwi. Anastasia menyebut rancangan ini sebagai bentuk utuh antara ketiga elemen tersebut.
“Ada unsur beskapnya, tapi itu tetap dengan siluet kebayanya juga,” tambahnya.
Keistimewaan busana ini terletak pada versatilitasnya. Terinspirasi dari tradisi orang berkain yang suka menali atau memutar kain, Anastasia menghadirkan Kebaya Pertiwi agar bisa dikenakan dengan tiga cara berbeda.
“Karena dia sebenarnya aku juga coba membuat dia menjadi sesuatu yang versatile, jadi yang kayak sebenarnya dia bisa dipakai tiga macam cara,” ujar Anastasia pada Rabu (27/8).
Tak hanya soal siluet, koleksi PERTIWI juga menghadirkan filosofi warna yang mendalam dan terinspirasi dari cara berpakaian perempuan desa yang sarat makna.
“Kalau masih gadis biasanya pakai warnanya yang lebih netral. Terus setelah mereka akhirnya menikah, terus akhirnya menjadi ibu, mereka mulai bertransformasi pakai warna-warna lebih kuat seperti merah, hitam,” jelas Anastasia.
Salah satu warna istimewa dalam koleksi ini adalah ThreeBark Red. Warna merah tersebut sepenuhnya berasal dari pewarna alami hasil riset selama bertahun-tahun.
“Untuk mendapatkan warna merah itu sebenarnya susah banget, dan kita juga R&D (riset dan pengembangan) bertahun-tahun. Dan kami sangat bangga menyebutnya ThreeBark Red karena memakai campuran tiga jenis kulit kayu,” katanya.
Pemilihan warna ini juga selaras dengan filosofi regenerasi tanah yang sejak tahun lalu menjadi prinsip SukkhaCitta. Menariknya, filosofi warna merah, putih, dan cokelat juga terinspirasi dari siklus kapas. Sebelum berbunga, kapas berwarna putih, lalu berubah merah muda hingga merah setelah penyerbukan, dan akhirnya menghasilkan serat alami berwarna cokelat.