Liputan6.com, Jakarta Bocah tiga tahun bernama Raya asal Sukabumi menjadi sorotan publik usai diketahui meninggal yang diduga karena cacingan. Cacing gelang telah menyebar ke organ penting di tubuh lainnya.
Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH, dokter Irfanugraha Triputra mengungkapkan cacing ascaris sudah menyebar ke organ vital, seperti paru-paru dan otak.
"Cacingnya sudah banyak sekali di dalam pencernaan dan sudah berukuran besar-besar," kata Irfanugraha kepada wartawan, Rabu, 20 Agustus 2025.
Kejadian yang dialami Raya ini menjadi pengingat bahwa kasus cacingan belum musnah di Indonesia. Cacingan masih mengintai anak-anak Indonesia.
"Kasus di Sukabumi ini menjadi pengingat bahwa cacingan ini masih jadi kasus yang dialami anak-anak Indonesia. Artinya Indonesia ini belum menjadi negara maju," kata epidemiolog yang juga ahli kesehatan masyarakat Dicky Budiman.
Cacingan merupakan merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia dalam meningkatkan literasi publik tentang kesehatan. Bukan cuma mengedukasi anak tapi juga orangtua.
"PRnya masih besar untuk meningkatan literasi publik ke orangtua dan anak-anak di sekolah," kata Dicky.
Ia juga menyarankan agar program strategis pemerintah seperti program makan bergizi dan program pemeriksaan kesehatan gratis harus terintegrasi. Termasuk di dalamnya memasukkan unsur edukasi menjaga kesehatan.
"Termasuk, anak-anak tahu cara mencegah kecacingan," kata Dicky.
Efek dari Cacingan pada Anak Tidak Bisa Dianggap Remeh
Efek dari cacingan tidak bisa dianggap remeh terutama bila terjadi pada anak-anak. Dampak cacingan bisa berupa kekurangan gizi kronis hingga stunting.
"Cacing itu bisa menyerap nutrisi dari makanan yang seharusnya diperuntukkan atau dimanfaatkan oleh tubuh anak," tutur Dicky.
"Ini bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak karna anak jadi stunting tadi," tuturnya.
Lalu, kondisi ini bisa menyebabkan anak mengalami anemia atau kurang darah terutama cacing jenis cacing tambang yang menghisap darah di dinding usus.
Pada kasus ekstrem ketika cacing bisa sampai 1 kg, hal ini bisa menyumbat usus bahkan bisa pecah.
"Pada kasus cacing lebih dari 1 kg cacing ya ini bisa menyebabkan usus tersumbat bahakan pecah yang berpotensi fatal atau mematikan," katanya.
Bahaya lain adalah cacing bisa bermigrasi ke organ hati, paru dan saluran empedu.
"Jadi, benar, telur dan cacing dalam jumlah banyak tentu bisa berisiko serius bila tidak segera ditangani," kata peneliti dari Griffith University Australia ini.
Kisah Pilu Raya
Raya hidup dalam keadaan keterbatasan ekonomi. Ibunda Raya merupakan Orang dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ. Sedangkan ayah Raya memiliki penyakit Tuberculosis atau TBC.
Raya sempat ditolong Rumah Teduh & Peaceful Land. Sayang, kondisinya sudah memprihatinkan. Sehingga tak bisa lagi untuk ditolong. Cacing sudah beranak pinak dan bersarang pada tubuh hingga otaknya.
Raya dijemput untuk dibawa ke Rumah Sakit atau RS pada 13 Juli 2025 oleh Rumah Teduh.
"Kami dapat berita dari kerabatnya Raya, mereka cuma bilang sakitnya sesak napas," ujar pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land Iin Achsien dikonfirmasi pada Selasa 19 Agustus 2025.
Relawannya segera melakukan asesmen di hari yang sama. Saat tiba, kondisi Raya sudah tidak sadarkan diri. Penyakit cacingan akut yang diderita Raya baru diketahui setelah ia dibawa ke RSUD R Syamsudin Sh (Bunut).
"Kondisinya sudah drop, langsung dimintakan masuk ke PICU (Pediatric Intensive Care Unit)," kata Iin.
Namun, tim Rumah Teduh dihadapkan pada kendala besar. Raya tidak memiliki identitas. Pihak rumah sakit memberikan kesempatan 3x24 jam untuk mengurus BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) agar biaya perawatan bisa ditanggung pemerintah. Tetapi rupanya, proses birokrasi sungguh berbelit-belit.
"Kita langsung ke Disdukcapil, diarahkan ke Dinas Sosial karena orang tuanya ada keterbelakangan mental. Dari sana diarahkan ke Dinas Kesehatan, dan akhirnya Dinas Kesehatan angkat tangan. Waktunya sudah habis 3 hari berturut-turut, tidak ada tanggapan apapun," ucap Iin mengutip News Liputan6.com.
Respons Dedi Mulyadi
Kabar ini pun terdengar oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dibalik rasa dukanya, dia menyimpan rasa geram karena banyak yang abai akan kondisi Raya.
Saya menyampaikan prihatin dan rasa kecewa yang mendalam, serta permohonan maaf atas meninggalnya seorang balita berusia 3 tahun, dan dalam tubuhnya dipenuhi cacing," kata dia seperti dikutip dalam akun Instagramnya @dedimulyadi71, Rabu (20/8/2025).
Dedi Mulyadi mengaku sudah berkomunikasi dengan dokter yang menangani jenazah Raya, yang disebutnya balita tersebut meninggal dunia karena cacingan.