TENTARA Nasional Indonesia atau TNI berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan prajurit. Kepala Pusat Penerangan TNI Brigadir Jenderal Freddy Ardianzah mengatakan perhatian terhadap kesejahteraan menjadi salah satu fokus pada momen Hari Ulang Tahun ke-80 TNI pada 5 Oktober 2025.
Freddy mengungkapkan, isu atau perhatian kepada kesejahteraan prajurit bukan hal baru , melainkan sudah diupayakan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ketika mulai menjabat. “Langkah pertama Panglima saat menjabat adalah berupaya meningkatkan kesejahteraan prajurit,” kata Freddy dalam konferensi pers di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat, 3 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Ia menjelaskan, sejak awal masa jabatan Panglima TNI pada November 2024, sejumlah langkah dilakukan untuk menyesuaikan tingkat kesejahteraan prajurit. Upaya tersebut dimulai dari pertemuan Panglima TNI dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) serta Menteri Keuangan. Pertemuan itu membahas penyesuaian kesejahteraan dengan indeks beban kerja prajurit.
Menurut Freddy, penyesuaian mencakup beberapa komponen tunjangan, mulai dari tunjangan kinerja, uang lauk pauk, hingga uang makan operasi latihan. “(Saat ini) sudah mulai ada peningkatan, walaupun disesuaikan dengan kemampuan negara,” ujar dia.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat rapat kerja dengan Komisi I DPR pada April 2025, juga sempat mengusulkan kenaikan tunjangan operasi hingga 75 persen. Bahkan, kata Sjafrie bila perlu 100 persen, khususnya bagi prajurit yang bertugas di wilayah perbatasan dan pulau terluar. Ia juga meminta pemerintah menaikkan tunjangan khusus bagi prajurit di Papua yang tak pernah mengalami penyesuaian sejak 2002.
Isu kesejahteraan prajurit sempat mencuat pada 2024 setelah TNI menerima data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK mengenai 4.000 prajurit yang terlibat judi online. Namun Komandan Pusat Polisi Militer TNI (Danpuspom TNI) Mayor Jenderal Yusri Nuryanto membantah keterlibatan itu dipicu oleh rendahnya kesejahteraan.
“Namanya prajurit TNI, dengan usia mereka dan keseharian yang selalu memegang ponsel, jadi mudah saja mengakses saat waktu luang,” kata Yusri pada November 2024.
Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan berita ini.