DUA korban masih belum ditemukan di reruntuhan musala yang ambruk di pondok pesantren atau Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Tim search and rescue (SAR) masih mencari keduanya dalam upaya evakuasi pascainsiden yang terjadi pada 29 September 2025 lalu itu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Tim SAR gabungan telah menemukan sebagian besar korban yang terjebak dan meninggal di antara puing-puing musala. Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menyebut saat ini tersisa dua orang yang belum ditemukan.
"Berdasarkan daftar absensi pondok pesantren, dua santri masih dinyatakan hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis pada Senin malam, 6 Oktober 2025.
Sementara itu, korban meninggal yang ditemukan hingga Senin pukul 22.45 WIB sebesar 61 orang. Sepanjang Senin kemarin, tim SAR gabungan menemukan 11 jenazah di antara reruntuhan musala.
Dari total korban meninggal, sebanyak 17 jenazah telah diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur. "Seluruh jenazah itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga atau wali santri untuk dimakamkan sesuai ketentuan yang berlaku," kata Abdul Muhari.
Jumlah keseluruhan korban insiden ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny Buduran mencapai 167 jiwa. Selain 61 korban meninggal, ada 104 orang yang selamat dan terluka serta 2 orang yang belum ditemukan.
Tim evakuasi juga menemukan tujuh potongan tubuh dalam proses pencarian selama sepekan terakhir. Potongan tubuh itu saat ini masih dalam tahap identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025 pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri putra melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dasar, sementara bangunan berlantai 4. Pembersihan puing dan evakuasi korban masih berlanjut hingga sepekan kemudian.
Para orang tua santri Ponpes Al Khoziny menuntut penegakan hukum dalam kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada human error dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Sementara Polda Jawa Timur enggan berkomentar soal penyidikan ambruknya ponpes tersebut. Polisi menegaskan masih fokus membantu proses evakuasi korban. “Nanti (penyidikan), kami masih fokus pada sisi kemanusiaan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Jules Abraham Abast pada Selasa, 7 Oktober 2025.