Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ketidakpastian atas tarif perdagangan yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Meningkatnya ketidakpastian atas tarif perdagangan Trump, setelah pengadilan banding memutuskan pekan lalu bahwa tarif tersebut ilegal," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa sore menguat sebesar 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.414 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.419 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.418 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.463 per dolar AS.
Menurut Ibrahim, kendati pengadilan banding menyatakan tarif Trump dapat tetap berlaku hingga pertengahan Oktober, namun Presiden AS mengkritik keputusan tersebut dan mengatakan akan menggugat putusan itu di Mahkamah Agung.
Perkembangan ini dinilai memicu meningkatnya ketidakpastian atas dampak ekonomi dari tarif Trump, yang sebagian besar mulai berlaku pada bulan Agustus.
"Putusan apapun yang menentang tarif tersebut juga akan memaksa Washington untuk menegosiasikan kesepakatan terbaru dengan mitra dagang utama," ungkap dia.
Sentimen juga masih dipengaruhi potensi pemotongan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee bulan ini sebesar 85 persen menurut CME FedWatch Tool.
"Hal ini terjadi bahkan ketika data indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditure) untuk bulan Juli menunjukkan inflasi tetap stagnan dan terus meningkat di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen," ucap Ibrahim.
Baca juga: Rupiah berpotensi melemah terbatas seiring tekanan "risk off" domestik
Baca juga: Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.426 per dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat seiring potensi suku bunga Fed turun hampir 90 persen
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.