Pemerintah Kota Surabaya mengevakuasi 2 anak diduga mendapat kekerasan oleh ayahnya sendiri. Bahkan, kedua anaknya itu dimanfaatkan ayahnya untuk mendapat bantuan karena sakit.
Keduanya yakni anak perempuan berinisial A (4 tahun) dan laki-laki berinisial B (7 tahun). Sedangkan, ayahnya berinisial BS menderita sakit lumpuh.
Mereka tinggal di sebuah rumah di kawasan Kutisari Selatan Gang 2, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya.
Semesta, istri BS dan anak pertamanya yang berusia 18 telah meninggalkan rumah karena diduga mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
"Anak dua ini tinggal bersama Bapaknya. Bapaknya ini kondisi sakit. Bukan lumpuh yang lumpuh tidak bisa beraktifitas sama sekali itu enggak, cuman memang untuk jalan kesulitan jadi jalan yang ngesot. Jadi si anak-anak ini malah di eksploitasi (oleh ayahnya) untuk bisa dapat bantuan," kata Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widaya saat dikonfirmasi, Jumat (12/9).
"Istrinya kabur sudah lama kemudian anak yang pertama, yang perempuan itu juga kabur karena di KDRT juga oleh bapaknya, si anak ini kaburnya itu ke gereja. Kemudian sekarang tinggal di Panti," tambahnya.
Berawal dari laporan warga
Ida mengatakan, kasus ini terungkap bermula pihaknya mendapat laporan dari warga ada keluarga yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.
Pihaknya kemudian mendatangi rumahnya pada Kamis (11/9). Ia melihat kondisi kedua anak itu cukup menyedihkan. Ada bekas luka di mata B diduga akibat pukulan dari ayahnya.
"Ya anak ini kan enggak disekolahkan, kemudian enggak berinteraksi dengan banyak orang. Biar melas gitu loh, jadi hidupnya memang dari bantuan kan, utamanya dari pihak gereja. Nah kalau sudah anak kecil yang dengan kondisi mengenaskan begitu kan pasti bantuannya lebih banyak," ucapnya.
"Secara fisik itu juga tumbuhnya anak seumurannya itu harusnya enggak begitu. Secara fisik melas, kasihan banget. Kemarin konsul, kami mencoba kembali katanya (luka di mata kiri B akibat) jatuh di kamar mandi. Tapi kami curiganya itu juga KDRT dari bapaknya," lanjutnya.
Ia menyampaikan, kondisi BS juga terlihat seperti depresi. Akhirnya, DP3APPKB Surabaya mengevakuasi mereka semua. Pemkot Surabaya juga berencana akan menyekolahkan anak-anak tersebut.
"Jadi kita ambil dan bapaknya kita evakuasi juga untuk dirawatkan (ke RS Menur Surabaya), anaknya kita gabungkan dengan kakaknya ( yang tinggal di panti gereja) untuk bisa jadi satu dan kita masih berupaya untuk cari ibunya. Yang pertama itu dikejar paket C setara SMA, karena dia sudah lulus SMP nggak melanjutkan lagi. Terus yang kedua ini (B) harus masuk SD, kemudian yang kecil itu (A) nanti di PAUD," ujarnya.
Kepala Puskesmaa Tenggilis dr Heni Agustina membenarkan A dan B mendapat kekerasan dari BS. Berdasarkan pemantauan kesehatan BS pada Senin (8/9), ternyata mendapati lebam dan luka pada mata anak B. BS pun mengakui bila telah memukul anak keduanya mengginakan rotan.
"Saya tanya, 'Pak, sebenarnya matanya berdarah ini itu kenapa? Kok sampai seperti itu? Kan kalau infeksi biasa enggak mungkin'. Terus dia cerita, 'Iya Bu, saya terus-terang memang beberapa hari yang lalu itu Saya emosi, saya marah, akhirnya saya lempar pakai rotan ken...