Liputan6.com, Jakarta Dewa United datang ke BRI Super League 2025/2026 dengan status klub papan atas yang penuh kemewahan. Skuad mereka berlapis bintang, baik dari kalangan pemain lokal maupun asing. Para nama besar menghuni hampir semua lini, membuat ekspektasi publik melambung tinggi.
Dari sisi komposisi, Dewa United tidak main-main. Ada Ricky Kambuaya dan Egy Maulana Vikri yang merupakan langganan Timnas Indonesia. Lalu, di sektor asing, mereka diperkuat oleh pemain dengan reputasi tinggi di sepak bola Indonesia.
Nick Kuipers membawa pengalaman juara bersama Persib, sementara Hugo Gomes, Alexis Messidoro, hingga Taisei Marukawa dikenal sebagai pemain asing 'kelas satu' di kompetisi ini. Alex Martins pun hadir dengan jaminan produktivitas gol.
Tak heran bila Dewa United dinilai sebagai tim paling mahal di liga. Berdasarkan data Transfermarkt, nilai pasar mereka mencapai Rp95,34 miliar, tertinggi di antara peserta lainnya. Namun, mahalnya skuad tidak serta merta menghadirkan hasil manis. Justru, di dua pekan awal musim, Dewa United harus menelan kenyataan pahit.
Dua Kekalahan Mengejutkan di Awal Musim
Alih-alih memulai musim dengan percaya diri, Dewa United justru goyah. Pada pekan pertama, mereka dipermalukan Malut United dengan skor 1-3 di kandang sendiri.
Hasil itu cukup mengejutkan, mengingat Dewa United datang dengan label favorit. Namun, yang lebih menyesakkan justru terjadi pada pekan kedua. Mereka tumbang 0-2 dari Semen Padang, tim yang musim lalu justru menjadi lumbung gol bagi mereka.
Kontras benar bila dibandingkan dengan pertemuan musim sebelumnya. Pada edisi 2024/2025, Dewa United mampu membantai Semen Padang dengan skor telak 8-1 di laga tandang dan 6-0 di kandang.
Namun kali ini situasinya berbalik. Pertahanan Semen Padang lebih solid, sementara lini serang Dewa United tumpul. Dua kekalahan beruntun ini membuat status mereka sebagai skuad mewah dipertanyakan.
Analisis Performa dan Evaluasi Pelatih
Pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink, mengakui bahwa kondisi timnya kini berbeda dengan musim lalu. Lawan-lawan mereka sudah lebih siap menghadapi gaya bermain yang diusung, sehingga ruang untuk mendominasi semakin sempit.
"Pertandingan ini jelas berbeda dari musim lalu. Musim lalu kami datang sebagai kuda hitam. Padang memberikan banyak ruang. Hari ini berbeda, satu cara lawan beradaptasi dengan cara bermain kami," kata Riekerink di situs resmi klub.
Meski kecewa dengan hasil yang jauh dari ekspektasi, Riekerink menegaskan timnya tetap berupaya mencari solusi.
"Saya pikir di momen ini, setelah dua kali kalah, hasil ini jauh dari ekspektasi kita. Tapi setelah 10 menit terakhir saya buat pergantian untuk cari gol kemenangan. Setelah itu ada tendangan bebas. Semuanya jelas kecewa," sambungnya.