INFO NASIONAL – PT Hutama Karya (Persero) kembali dipercaya Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbaiki sejumlah jaringan irigasi nasional melalui penandatanganan kontrak rehabilitasi jaringan irigasi di Provinsi Aceh dan Bali.
Proyek strategis ini akan memberikan manfaat langsung kepada ribuan petani di ratusan desa dengan meningkatkan produktivitas lahan pertanian seluas 7.800 hektare.
Penandatanganan kontrak untuk dua paket proyek di Aceh dilaksanakan pada Kamis, 25 September 2025, di Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Banda Aceh, yang dihadiri oleh Kepala Balai BWS Sumatera I Asyari, Kepala SNVT PJPA Sumatera I Azriyan, serta Executive Vice President (EVP) Divisi Sipil Umum Hutama Karya Rizky Agung.
Kontrak untuk paket proyek di Bali ditandatangani pada Jumat, 26 September 2025, di Kantor BWS Bali Penida Denpasar yang dihadiri oleh Plt. Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan BWS Bali Penida Bima Anjasmoro, Kepala SNVT PJPA Bali Penida Komang Gede Putra Antara, PPK Irigasi dan Rawa I Wayan Yuliartha dan EVP Divisi Sipil Umum Hutama Karya Rizky Agung.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan proyek ini meliputi Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Utama 33 Daerah Irigasi Kewenangan Daerah di Provinsi Aceh untuk Paket I dan 3 D.I. untuk paket II, serta Rehabilitasi Jaringan Utama 67 D.I. Kewenangan Pemerintah Daerah di Wilayah BWS Bali Penida Paket 1.
Kontrak proyek baru ini melengkapi enam kontrak paket rehabilitasi irigasi tahap 2 yang telah diteken sebelumnya di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi serta dua kontrak paket rehabilitasi irigasi tahap 1.
“Totalnya, Hutama Karya kini menggarap sebelas paket rehabilitasi irigasi yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia sebagai bagian dari Program Optimasi Lahan (OPLAH) yang mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” ujar Adjib.
Hutama Karya juga berkomitmen menyerap tenaga kerja lokal hingga 80 persen untuk proyek di Bali dan kedua paket di Aceh sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
“Kami akan melakukan koordinasi intensif dengan kelompok tani setempat untuk memahami pola dan waktu tanam di masing-masing lokasi. Ini penting agar kami dapat menerapkan sistem buka-tutup aliran air irigasi yang tidak mengganggu aktivitas pertanian selama konstruksi,” tutur Adjib.
Dalam rehabilitasi ini, ruang lingkup pekerjaan meliputi rehabilitasi saluran primer dan sekunder, perbaikan bangunan pengatur, pemasangan pintu air baru, serta penguatan struktur saluran dengan pasangan batu. Total panjang saluran yang akan direhabilitasi mencapai lebih dari 160 kilometer.
Ketiga proyek ini merupakan implementasi Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2025 yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan mempercepat pencapaian swasembada pangan dimana seluruh proyek diharapkan selesai pada akhir tahun 2025.
“Rehabilitasi jaringan irigasi bukan sekadar kegiatan perbaikan infrastruktur, melainkan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan sistem irigasi yang lebih baik, diharapkan petani mampu mengoptimalkan intensitas tanam dan meningkatkan hasil produksi pertanian, sekaligus mendorong peningkatan kesejahteraan mereka,” ucap Adjib.
I Made Sutrisna, petani dari Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar menyambut baik rehabilitasi sejumlah irigasi di Bali yang dapat membawa manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Dengan luas area layanan lebih dari 2.800 hektare yang tersebar di tujuh kabupaten, rehabilitasi diharapkan dapat meningkatkan frekuensi panen para petani.
“Selama ini kami hanya bisa panen dua kali setahun karena aliran air yang tidak stabil. Dengan rehabilitasi jaringan irigasi ini, kami berharap bisa panen tiga kali dan pendapatan keluarga meningkat,” kata petani berusia 49 tahun itu.
Senada, Teuku Mahmud, Ketua kelompok tani di Desa Meunasah Pinto, Kabupaten Aceh Utara, bercerita jaringan irigasi di desanya sudah rusak parah. Banyak saluran yang tersumbat dan bangunan pintu air yang tidak berfungsi.
“Kami sangat bersyukur ada program rehabilitasi ini karena akan membantu kami mendapatkan air yang cukup untuk sawah,” kata petani berusia 48 tahun itu. Adapun rehabilitasi di wilayah ini mencakup 15 kabupaten dengan luas total area layanan lebih dari 5 ribu hektare. (*)