
PROGRAM seragam sekolah gratis dari Pemerintah Kota (Pemkot) Batam mendapat sambutan hangat dari para orang tua murid. Mereka berharap distribusi bisa segera dilakukan agar anak-anak dapat langsung mengenakannya pada awal tahun ajaran baru 2025/2026.
“Harapannya jangan terlalu lama dibagikan, agar anak-anak bisa langsung menggunakan seragam dari pemerintah. Sekarang kami terpaksa beli terlebih dahulu, padahal sudah ada janji bantuan seragam gratis,” kata Zanzibar,42, warga Tiban, Rabu (20/8)..
Ia menyebutkan, seragam sekolah adalah kebutuhan mendasar. Jika penyalurannya molor, otomatis orang tua harus mengeluarkan biaya ekstra. “Kami menyambut baik program ini, hanya saja akan lebih baik bila seragam cepat disalurkan,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Dani (27), orang tua murid asal Sekupang. Ia menilai biaya perlengkapan sekolah cukup tinggi, sehingga seragam gratis menjadi keringanan besar. “Kami tentu sangat terbantu bila seragam cepat turun. Sayang sekali kalau dibagikan setelah orang tua membeli sendiri,” tuturnya.
Pemkot Batam sendiri menyiapkan 105.670 stel seragam untuk 52.835 murid baru tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta. Setiap siswa akan menerima dua stel seragam, yakni seragam nasional (merah putih untuk SD dan biru putih untuk SMP) serta baju kurung Melayu. Untuk siswi muslim juga disediakan hijab, ditambah atribut berupa dasi, topi, ikat pinggang, dan kain samping.
Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menyampaikan bahwa program ini merupakan langkah untuk membantu orang tua serta memastikan setiap anak mendapat kesempatan pendidikan yang setara.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan, penyaluran seragam dimulai secara simbolis dan berikutnya akan dibagikan ke seluruh sekolah. “Insya Allah segera kami distribusikan ke kecamatan, dengan target tuntas pada Agustus ini,” katanya.
Adapun rincian penerima terdiri dari 13.215 murid SD negeri, 13.119 murid SD swasta, 14.539 murid SMP negeri, serta 11.962 murid SMP swasta.
Menurut Hendri, program ini bukan hanya soal bantuan finansial, melainkan juga dorongan semangat bagi siswa. “Kami ingin anak-anak merasa mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga mereka bisa belajar lebih percaya diri tanpa terbebani soal seragam,” ujarnya. (E-2)