
HANYA tiga hari setelah kesepakatan gencatan senjata di Timur Tengah ditandatangani, Presiden Donald Trump secara tajam meningkatkan retorikanya terhadap Hamas. Dalam sebuah pernyataan, Trump memperingatkan jika Hamas terus membunuh warga sipil di Gaza, dunia "tidak akan punya pilihan selain masuk dan membasmi mereka."
Peringatan keras ini dikeluarkan di tengah laporan, pejuang Hamas memanfaatkan jeda pertempuran untuk secara cepat dan keras merebut kembali kendali atas Jalur Gaza. Mereka menargetkan warga Palestina yang dianggap berkolaborasi dengan pasukan Israel selama perang.
“Jika Hamas terus membunuh orang di Gaza, yang mana itu bukan bagian dari Kesepakatan, kami tidak akan punya pilihan selain masuk dan membasmi mereka,” tulis Trump dalam unggahan di Truth Social.
Ancaman tersebut menandai pergeseran mendadak dari nada optimis yang sempat dilontarkan Trump segera setelah kesepakatan gencatan senjata diumumkan pekan lalu. Di mana ia sempat menyatakan perang secara efektif telah "berakhir."
Bukan Pasukan AS, Tetapi Di Bawah "Naungan Kami"
Meskipun retorikanya mengindikasikan eskalasi besar, Presiden Trump mengklarifikasi pasukan Amerika Serikat tidak akan terlibat dalam operasi militer yang ia ancamkan.
“Bukan kita, kita tidak perlu melakukannya,” ujarnya di Ruang Oval pada hari Kamis. “Ada orang-orang yang sangat dekat, sangat dekat di sekitar sana yang akan masuk dan mereka akan melakukan trik itu dengan sangat mudah, tetapi di bawah naungan kami (under our auspices).”
Klarifikasi ini sejalan dengan pernyataan Trump sebelumnya yang meremehkan prospek keterlibatan pasukan AS dalam misi pemeliharaan perdamaian, meskipun negosiator terus berupaya mencapai penyelesaian permanen perang.
Awalnya, Trump sempat menanggapi laporan penindasan Hamas terhadap warga Palestina dengan sikap yang lebih lunak. Pada Selasa, ia bahkan menganggap enteng laporan tentang penumpasan terhadap kelompok-kelompok di wilayah Palestina, meskipun muncul rekaman yang menunjukkan eksekusi publik.
“Mereka memang membasmi beberapa geng yang sangat buruk,” kata Trump saat itu. “Dan jujur, itu tidak terlalu mengganggu saya. Itu tidak masalah (That’s OK).”
Batas Waktu Hamas Semakin Ketat
Namun, dalam 24 jam terakhir, bahasa yang digunakan Presiden Trump semakin tegas. Ia mulai mengisyaratkan Israel dapat diizinkan melanjutkan pertempuran jika Hamas tidak menepati janjinya dalam kesepakatan.
Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian terkait lambatnya pengembalian sandera yang tewas. Selain itu, meskipun awalnya bersikap ambivalen terhadap serangan pasca-gencatan senjata Hamas terhadap warga Palestina, Trump juga memperingatkan kelompok itu pada akhirnya harus melucuti senjata atau “kami akan melucuti mereka.”
Dalam panggilan telepon singkat dengan CNN, Trump mengatakan, "Israel akan kembali ke jalanan itu segera setelah saya mengucapkan kata itu. Jika Israel bisa masuk dan menghancurkan mereka, mereka akan melakukannya."
Trump dikabarkan telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis, meskipun rincian percakapan tersebut belum diketahui. Setelah pembicaraan itu, ia menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan akan bertahan.
“Kami tahu bahwa kami memiliki komitmen dari mereka dan saya berasumsi mereka akan menghormati komitmen mereka,” katanya mengenai Hamas. “Jika mereka tidak bersikap baik, kami akan membereskannya.” (CNN/Z-2)