Liputan6.com, Jakarta Manchester United kembali jadi sorotan setelah bursa transfer musim panas mereka dianggap gagal memenuhi kebutuhan tim. Kritik keras datang dari Mark Goldbridge melalui The United Stand, dengan nada pesimistis soal masa depan Ruben Amorim.
Goldbridge menegaskan bahwa setiap kekalahan kini akan semakin mendekatkan Amorim pada pintu keluar Old Trafford. Ia bahkan menyebut dirinya khawatir besar dengan kualitas skuad, terutama lini tengah yang tak mendapat tambahan pemain baru.
Meski hasil buruk nantinya bisa membuat Amorim harus pergi, Goldbridge menegaskan bahwa kesalahan bukan sepenuhnya ada pada sang pelatih. Menurutnya, manajemen United lagi-lagi gagal memberikan dukungan tepat lewat strategi rekrutmen.
Situasi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Amorim akan bernasib sama seperti para pendahulunya, yang juga terpuruk akibat kegagalan klub dalam urusan transfer?
Transfer Musim Panas yang Dinilai Gagal
Goldbridge membandingkan situasi Amorim dengan kasus-kasus sebelumnya di Old Trafford. Ia menyebut Ole Gunnar Solskjaer yang kehilangan jabatannya meski sempat mendapat pemain top seperti Jadon Sancho, Raphael Varane, dan Cristiano Ronaldo.
Menurut Goldbridge, perekrutan saat itu tidak sesuai kebutuhan. Solskjaer butuh gelandang, tapi malah diberi tambahan pemain di posisi lain. Hasilnya, proyeknya runtuh sebelum Natal.
Hal serupa terjadi pada Jose Mourinho. Setelah finis sebagai runner-up, ia hanya diberi Fred, Diogo Dalot, dan Lee Grant pada musim panas berikutnya. Padahal Mourinho terang-terangan mengeluh kurangnya dukungan.
Kini, pola yang sama disebut kembali terulang pada Amorim. United tidak menutup celah krusial meski kondisi tim sangat membutuhkan.
Rekrutmen yang Tidak Seimbang
Goldbridge menyoroti empat rekrutan baru United musim panas ini. Menurutnya, Kunya dan Burmo mungkin pemain bagus, tapi jumlah tersebut jauh dari cukup untuk membenahi skuad yang musim lalu finis di peringkat 15.
Ia menilai setidaknya dibutuhkan lima hingga delapan pemain baru, terutama di lini tengah. Namun, klub justru berhenti di angka empat, tanpa tambahan sosok yang benar-benar bisa mengangkat kualitas permainan.
Kegagalan mendatangkan gelandang berkualitas dianggap sebagai titik paling fatal. Goldbridge menyebut bahwa kebutuhan utama Amorim adalah seorang pengatur ritme, namun justru tidak terwujud hingga jendela transfer ditutup.
Kekecewaan semakin memuncak ketika rumor transfer Belaba yang sempat dikonfirmasi jurnalis kredibel David Ornstein justru berakhir hampa. Harapan fans pun kembali pupus.
Tekanan Berat untuk Amorim
Situasi inilah yang membuat Goldbridge yakin Amorim berada dalam posisi rawan. Setiap hasil negatif bisa menambah keraguan fans maupun manajemen terhadap kemampuannya.
Ia menekankan, dirinya tidak sedang mengumbar emosi, melainkan menyampaikan analisis yang realistis. Jika hasil tidak segera membaik, maka masa depan Amorim akan terancam.
Bagi Goldbridge, masalah utama bukan sekadar pelatih, melainkan pola berulang dari klub yang gagal memberikan dukungan sesuai kebutuhan tim. Amorim hanya menjadi korban terbaru dari manajemen yang salah arah.
Dengan sorotan tajam dari fans dan pundit, Amorim kini disebut sedang menghadapi “kesempatan terakhir”. Tanpa hasil positif, kisahnya bisa menjadi bagian lain dari siklus kegagalan panjang Manchester United.