PEMERINTAH Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan (Disdik) akan menggabungkan 23 Sekolah Dasar Negeri menjadi 11 sekolah pada tahun ini. Kebijakan tersebut diambil untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa sekolah akibat pembatasan perekrutan honorer.
Kepala Disdik Kota Bogor Herry Karnadi mengatakan, selain karena kekurangan guru, merger dilakukan terhadap sekolah-sekolah yang lokasinya berdekatan dan jumlah siswanya sedikit. “Kami harus berpikir mencari cara agar mutu pendidikan tidak menurun karena kurangnya guru,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Rabu, 13 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Menurut Herry, penggabungan sekolah akan membuat tenaga pengajar ikut tergabung. Selain itu, rombongan belajar (rombel) akan dipadatkan. Ia mencontohkan, jika di SDN A kelas 1 ada 12 siswa dan di SDN B ada 25 siswa, setelah merger mereka akan digabung menjadi satu kelas berisi 37 siswa. Aturan membolehkan hingga 40 siswa per kelas.
Selain merger dan pemadatan rombel, Disdik menyiapkan empat langkah tambahan: memperpanjang masa magang mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari Universitas Pakuan dan UIKA Bogor menjadi minimal satu semester; menerapkan pembelajaran daring untuk mengatasi kekurangan guru matematika dan agama; memanfaatkan sistem e-procurement untuk merekrut guru melalui profil daring yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik); serta menggaji guru dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) APBN, bukan APBD.
Herry menargetkan penggabungan sekolah rampung secara administratif pada Agustus 2025 dan dilanjutkan dengan penggabungan fisik gedung secara bertahap. “Proses ini sudah direncanakan lama dan disosialisasikan melalui beberapa rapat, serta harus mendapat persetujuan Kemendikdasmen,” katanya.