Liputan6.com, Jakarta Rekor kemenangan sempurna Real Madrid di bawah asuhan Xabi Alonso akhirnya harus terhenti. Mereka menelan kekalahan perdana yang telak dengan skor 2-5 dari rival sekota, Atletico Madrid.
Pertandingan tersebut berlangsung pada Sabtu (28/9/2025) malam WIB di Estadio Riyadh Air Metropolitano yang menjadi ujian besar pertama bagi Los Blancos. Sayangnya, mereka gagal total melewati ujian tersebut dan harus pulang dengan hasil memalukan.
Sempat berhasil membalikkan keadaan setelah tertinggal, Madrid justru terlihat lengah dan membiarkan Atletico mengamuk di sisa pertandingan. Beberapa keputusan taktis yang dianggap aneh serta rapuhnya lini pertahanan menjadi biang keladi utama kekalahan ini.
Kekalahan telak ini lebih dari sekadar skor, melainkan sebuah cerminan dari serangkaian masalah yang kini terungkap di permukaan. Berikut adalah analisis mendalam mengenai enam "dosa" utama Real Madrid yang menyebabkan mereka dibantai dalam laga derbi kali ini.
Perjudian Berisiko Bernama Jude Bellingham
Sebuah kejutan besar muncul ketika Xabi Alonso memutuskan memainkan Jude Bellingham sebagai pemain inti sejak menit awal. Keputusan ini terbukti menjadi pertaruhan yang gagal total bagi sang pelatih.
Bellingham, yang baru saja pulih dari cedera, jelas belum siap menghadapi intensitas tinggi dari laga derbi tersebut. Penampilannya gagal memberikan dampak signifikan dan bahkan merusak keseimbangan tim yang sebelumnya sudah solid.
Gelandang asal Inggris itu akhirnya harus ditarik keluar lapangan setelah bermain selama 70 menit pertandingan. Memainkannya sejak awal lebih terlihat seperti upaya investasi untuk mengembalikan kebugaran daripada strategi yang bertujuan memenangkan pertandingan.
Lini Tengah yang Kehilangan Keseimbangan
Keputusan memasang Bellingham secara langsung mengorbankan formula lini tengah andalan yang selama ini telah bekerja dengan sangat baik. Keseimbangan tim menjadi taruhannya dan terbukti menghasilkan konsekuensi yang fatal.
Duet tangguh Fede Valverde dan Aurelien Tchouameni yang biasanya mendominasi, kini terlihat kebingungan dan tidak efektif. Mereka terekspos akibat perubahan struktur tim dan gagal mengontrol alur permainan.
Pada akhirnya, lini tengah yang dikenal sebagai kekuatan utama Madrid justru berubah menjadi titik terlemah mereka. Mereka gagal membendung kreativitas serta agresivitas tinggi yang ditunjukkan oleh para gelandang Atletico Madrid.
Benteng Pertahanan yang Amburadul di Udara
Satu masalah yang paling menonjol dalam laga ini adalah lemahnya pertahanan Real Madrid dalam duel-duel udara. Dua gol yang tercipta melalui sundulan di babak pertama menjadi bukti nyata betapa rapuhnya lini belakang mereka.
Fakta ini semakin mengkhawatirkan jika meninjau data statistik yang ada. Gol sundulan dari Alexander Sorloth merupakan gol ke-8 dari 10 gol terakhir yang berhasil dicetak Atletico ke gawang Madrid melalui sundulan.
Duet Dean Huijsen dan Alvaro Carreras benar-benar dibuat kewalahan saat menghadapi fisik kuat para penyerang lawan di kotak penalti. Struktur pertahanan yang sebelumnya dipuji-puji Alonso di awal musim seakan lenyap tanpa bekas dalam derbi ini.
Ujian Besar Pertama, Langsung Gagal Total
Tujuh kemenangan beruntun yang diraih Madrid di awal musim memang terlihat impresif dan mengesankan. Namun, perlu diingat bahwa lawan-lawan yang mereka hadapi bukanlah tim-tim dari level teratas Eropa.
Pertandingan melawan Atletico Madrid ini merupakan ujian sesungguhnya, tes besar pertama bagi skuad yang dilatih oleh Alonso. Hasilnya, mereka harus gagal total dengan nilai yang sangat buruk.
Cara tim ini hancur lebur secara pertahanan kini menjadi kekhawatiran terbesar bagi penggemar. Rekor sempurna yang sempat mereka pegang kini terasa seperti ilusi semata setelah kelemahan asli tim terbongkar di laga ini.
Kylian Mbappe, Bintang yang Bekerja Sendirian
Di tengah suramnya performa tim secara keseluruhan, hanya ada satu nama yang masih bersinar terang di lapangan. Kylian Mbappe sekali lagi berhasil menunjukkan kelasnya sebagai pemain yang berlevel dunia.
Meskipun mendapatkan suplai bola yang minim dari lini tengah, Mbappe tetap berhasil mencetak gol penyama kedudukan melalui sebuah penyelesaian akhir yang cerdik. Gol itu sekaligus menjadi gol ke-10 bagi sang penyerang hanya dari delapan pertandingan yang ia mainkan musim ini.
Sayangnya, kecemerlangan individu Mbappe tersebut tidak cukup kuat untuk menutupi kebobrokan para rekan satu timnya. Ia seakan menjadi bintang yang terpaksa berjuang sendirian di lini depan Real Madrid.