
KETUA Prodi Tadris Matematika FTIK UIN Salatiga, Prof. Winarno, mengatakan, penerapan pendekatan deep learning dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya matematika.
“Guru perlu mengubah paradigma mengajar dari sekadar transfer pengetahuan menjadi fasilitator pembelajaran bermakna” ujarnya, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (9/10).
Hal itu diungkapkan Winarno dalam seminar nasional bertema “Deep Learning dalam Pembelajaran di Sekolah” yang diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Salatiga, Rabu (8/10), bertempat di Aula Lantai 3 Gedung FTIK UIN Salatiga. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan Yayasan Cendekia Muda Madani (AMADA).
Seminar ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep deep learning—yakni pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mendalam, berpikir kritis, dan kemampuan adaptif—kepada para pendidik dan calon guru di lingkungan kampus.
Ketua Prodi Tadris IPA FTIK UIN Salatiga, Peni Susapti menjelaskan bahwa dalam pembelajaran sains, deep learning sangat relevan untuk menumbuhkan daya nalar dan rasa ingin tahu siswa. Ia menekankan bahwa pembelajaran tidak boleh berhenti pada hafalan, melainkan harus mendorong siswa memahami konsep secara utuh dan aplikatif.
“Pembelajaran IPA harus membangun kesadaran ilmiah. Siswa tidak hanya tahu bahwa suatu fenomena terjadi, tapi juga memahami mengapa dan bagaimana hal itu terjadi,” ujar Peni. “Dengan pendekatan deep learning, guru dapat membantu siswa menemukan makna di balik setiap konsep, sehingga ilmu pengetahuan menjadi bagian dari cara berpikir mereka sehari-hari," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Cendekia Madani, Budy Sugandi, dalam paparannya menjelaskan keterkaitan antara deep learning dan kecerdasan buatan (AI) di era digital. “Sekolah dan guru perlu menyiapkan siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat dan memanfaatkan kecerdasan buatan. Ada banyak tugas dan pekerjaan menjadi mudah dengan bantuan kecerdasan buatan. Pendekatan deep learning memberi ruang untuk itu,” ungkapnya.
Acara ini diikuti secara antusias oleh 250 mahasiswa, dosen serta praktisi pendidikan. Antusiasme peserta terlihat dari diskusi interaktif yang berlangsung sepanjang sesi.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan peserta semakin siap menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21 melalui penerapan pendekatan deep learning di sekolah. (H-3)