KEPALA Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur makan bergizi gratis (MBG) untuk mematuhi standar pengolahan makanan. Langkah itu mesti diterapkan untuk menghindari terjadinya keracunan menu MBG yang semakin meningkat di berbagai daerah.
“Kami mendorong semua pengelola SPPG untuk menerapkan secara konsisten standar keamanan pangan dalam pengolahan makanan,” kata Taruna lewat keterangan tertulis, pada Kamis, 25 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Ia mengatakan lembaganya meninjau SPPG yang dikelola oleh Yayasan Kemala Bhayangkari, Kota Denpasar, Bali, pada Rabu, 24 September 2025. Hasil kunjungan tersebut, Taruna menilai pelaksanaan sudah cukup baik.
“Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti masih adanya genangan air yang bisa menjadi sumber kontaminasi,” kata dia.
Keracunan MBG semakin meningkat selama September ini. Sesuai dengan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban keracunan MBG per 21 September 2025 sebanyak 6.452 orang. Angka korban ini naik 1.092 kasus jika dibandingkan dengan data JPPU satu pekan sebelumnya.
“Kondisi ini tidak normal. Pemerintah seharusnya segera menetapkan kejadian luar biasa dan menghentikan sementara MBG untuk evaluasi menyeluruh,” kata Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, pada Rabu, 24 September 2025.
Temuan JPPI itu berbeda dengan data Badan Gizi Nasional (BGN), BPOM, dan Kementerian Kesehatan. Data keracunan MBG ketiga lembaga berada di kisaran 5.000 orang.
Sampai saat ini, baru satu daerah yang menetapkan kejadian luar biasa (KLB) keracunan MBG di wilayahnya, yaitu Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pemerintah daerah tersebut menetapkan KLB setelah 364 anak keracunan MBG di Kecamatan Cipongkor.
Tarunan Ikrar mengatakan dalam program MBG ini, BPOM hanya berperan memitigasi potensi masalah keamanan pangan yang disajikan kepada anak-anak penerima manfaat program. Langkah pencegahan BPOM seperti pelatihan personil kunci di SPPG dan monitoring insiden pangan sehingga dapat menyampaikan rekomendasi perbaikan kepada BGN
“Kami dari BPOM RI diberi tugas untuk membantu mengawal makanan yang dikonsumsi anak-anak dalam program ini agar aman, sehat, dan bergizi. Ini bukan sekadar program makan gratis, tapi investasi besar untuk generasi emas 2045,” kata Taruna.
Ia menyebutkan, BPOM telah melatih lebih dari 30 ribu Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia dan membimbing lebih dari 40 ribu penjamah makanan di seluruh Indonesia. BPOM melibatkan 900 tenaga ahli mereka yang tersebar di berbagai daerah.
Taruna berharap SPPG di Denpasar memenuhi syarat sehingga dapat menjadi percontohan dalam pelaksanaan program MBG. Ia menekankan keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi antar-lembaga, komitmen SPPG dalam menerapkan standar keamanan pangan secara konsisten, dan edukasi penerima manfaat terkait higiene sanitasi.
“Kami mendukung penuh program ini karena sangat dibutuhkan oleh negara kita. Jangan sampai kejadian luar biasa seperti keracunan terulang kembali,” katanya.
Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro mengakui pemerintah mendengar masukan masyarakat agar program dihentikan sementara. Namun, ia menegaskan program MBG tidak bisa dihentikan total karena merupakan amanat dari kepala negara.
“Sambil jalan kami perbaiki, tapi tidak perlu menghentikan secara total,” kata Juri, Rabu, 24 September 2025.
Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Ada Semangka Setipis MBG di Menu Makan Bergizi Gratis