Liputan6.com, Jakarta AC Milan gagal memanfaatkan peluang emas untuk memutus tren tanpa kemenangan tandang melawan Juventus di ajang Serie A. Bertanding di Allianz Stadium pada pekan ke-6, Rossoneri harus puas bermain imbang 0-0 meski tampil lebih dominan dan menciptakan lebih banyak peluang dibanding sang rival abadi.
Datang ke Turin dengan kepercayaan diri tinggi usai meraih lima kemenangan beruntun di semua kompetisi, Milan berharap bisa mencatat kemenangan liga pertamanya di markas Juventus sejak Mei 2023.
Pertandingan berlangsung terbuka sejak awal. Milan tampil agresif dan sempat beberapa kali mengancam lewat Santiago Gimenez yang mendapat dua peluang emas di babak pertama. Namun, penyelesaian akhirnya masih jauh dari harapan. Gimenez kemudian berhasil memancing pelanggaran di kotak penalti pada babak kedua, tapi peluang itu justru terbuang percuma.
Christian Pulisic yang maju sebagai eksekutor penalti malah gagal total. Tendangannya melambung tinggi di atas mistar, membuat para pendukung Milan menahan napas kecewa. Sementara itu, Juventus sempat mengancam lewat Federico Gatti, tetapi Mike Maignan tampil gemilang dengan penyelamatan refleks luar biasa tiga menit setelah jeda.
Drama nyaris terjadi di pengujung laga ketika Luka Modric mengirim umpan matang kepada Rafael Leao. Sayangnya, winger asal Portugal itu gagal menuntaskannya dengan sempurna. Bola sepakan lemahnya mudah diamankan Michele Di Gregorio.
Hasil imbang ini membuat Milan gagal memperpanjang tren positif mereka di Serie A. Rossoneri kini tertahan di bawah Napoli dan AS Roma, tertinggal dua poin jelang jeda internasional.
Maignan Solid, Modric Masih Jadi Maestro
Mike Maignan kembali menunjukkan kelasnya di bawah mistar. Meski Juventus tak banyak mengancam, kiper asal Prancis itu mencatat salah satu penyelamatan terbaik musim ini saat menggagalkan tendangan voli Gatti dari jarak dekat. Keberaniannya mengontrol area penalti menjadi faktor penting yang menjaga Milan tetap aman dari kebobolan.
Di lini belakang, Fikayo Tomori tampil tenang dan disiplin. Bek asal Inggris itu sukses meredam pergerakan Kenan Yildiz, sementara Matteo Gabbia juga menunjukkan kedewasaan permainan dengan intersepsi tepat waktu dan distribusi bola yang aman. Strahinja Pavlovic menambah soliditas dengan permainan lugas dan hampir mencatatkan assist andai umpan silangnya bisa disambut Gimenez.
Di sektor tengah, Luka Modric masih menjadi otak permainan. Dengan visi dan akurasi umpannya, pemain asal Kroasia itu mengatur tempo dan menciptakan peluang berbahaya, termasuk umpan kunci untuk Leao di akhir laga. Sementara itu, Youssouf Fofana bekerja tanpa henti dalam memotong aliran bola dan menjaga keseimbangan permainan.
Peluang yang Terbuang dan Pekerjaan Rumah di Lini Depan
Masalah utama Milan kembali mengemuka: efektivitas di depan gawang. Santiago Gimenez memang aktif mencari ruang dan berani menekan, tetapi dua peluang emas di babak pertama tak mampu ia maksimalkan. Kendati demikian, striker asal Meksiko itu tetap menjadi ancaman paling nyata, termasuk saat berhasil memancing penalti.
Christian Pulisic justru tampil di bawah performa. Selain gagal mengeksekusi penalti, kontribusinya di sisi kanan serangan juga minim. Alexis Saelemaekers yang bermain di sayap seberang lebih sibuk bertahan ketimbang membantu serangan, membuat Milan kekurangan variasi di lini depan.
Davide Bartesaghi menjadi salah satu titik terang di sisi pertahanan. Mendapat kesempatan karena absennya Pervis Estupinan, pemain muda itu tampil berani dan disiplin. Sementara itu, Adrien Rabiot juga patut diapresiasi karena kerja kerasnya menutup ruang dan menyeimbangkan permainan di lini tengah Milan.
Menatap Jeda Internasional dengan Catatan Penting
Hasil ini tentu meninggalkan rasa kecewa bagi Massimiliano Allegri dan skuadnya. Milan sejatinya tampil lebih baik dalam hal penguasaan bola, pressing, hingga penciptaan peluang. Akan tetapi, ketidakmampuan mereka mengonversi peluang menjadi gol masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Dengan jeda internasional di depan mata, Milan memiliki waktu untuk mengevaluasi lini serang dan memperbaiki koordinasi penyelesaian akhir. Jika ingin tetap bersaing di papan atas, efisiensi di depan gawang tak boleh lagi menjadi kelemahan utama.
Meski tanpa kemenangan di Turin, performa solid ini tetap menjadi modal penting untuk menjaga momentum setelah jeda internasional.
Sumber: Cult of Calcio